Try out. Ra ngerti soale, ra ngerti kuncine. Sing penting njoget! Aku rapapa. (red. Tidak tahu soal, tidak tahu jawabnya. 'Sing Penting Joget' = judul lagu. Aku rapapa= bahasa gaul lokal, maksudnya kerja sama tidak masalah). Itulah sepenggal tulisan yang menggambarkan ungkapan hati siswa yang sedang mengikuti kegiatan uji coba/try out ujian. Sungguh ironis dengan upaya serius yang dilakukan oleh pihak sekolah.
Ujian Nasional untuk Sekolah Menengah akan digelar 14 April 2014 mendatang. Berbagai persiapan mulai dilakukan, baik persiapan dalam membekali siswa dengan pemantapan materi maupun persiapan administrasi identitas oleh pihak sekolah.
Persiapan membekali siswa dengan kegiatan uji coba(try out) dalam rangka menyikapi kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional yang di gelar oleh Kemendiknas, dilakukan oleh pihak sekolah jauh sebelumnya. Bahkan ada sekolah yang membuat perencanaan dengan menghabiskan materi kelas akhir di semester lima, sehingga di semester enam fokus dengan uji coba (try out) ujian! Kegiatan try out tersebut dikemas dalam bentuk uji coba ujian untuk tingkat guru mata pelajaran, sekolah, MGMP, maupun kerja sama dengan lembaga pendidikan lain. Ini sangat lazim, bagaimanapun setiap sekolah mempunyai target kelulusan 100 %, bahkan mendapat predikat penyandang nilai UN tertinggi! Dengan demikian, try out menjadi menu sehari-hari bagi siswa yang akan menghadapi ujian.
Upaya mencapai kelulusan 100% maupun target nilai tinggi sangat disadari oleh pihak sekolah, orang tua, dan siswa sendiri. Dengan anggaran yang cukup besar, pihak sekolah tidak akan pernah lupa mengalokasikan dana untuk kegiatan try out, dan pihak orang tua tentu sangat mendukung. Bagaimana dengan siswa? Disela-sela tuntutan target lulus dengan nilai tinggi, tak pelak mereka mengalami dua versi keadaan yang bertolak belakang yaitu kebiasaan belajar meningkat atau kejenuhan dalam rutinitas try out!?
Coretan siswa seperti yang terlihat pada gambar diatas adalah ungkapan dalam diri siswa yang mengalami alternative ke dua, kejenuhan dalam rutinitas try out. Apakah selama ini bapak ibu guru memperhatikan kondisi tersebut, kemudian menerapkan solusi terbaik dengan memperhatikan kondisi psykologis siswa? Atau justru bertambah emosi karena merasa bertepuk sebelah tangan dengan siswanya atas perjuangan yang mulia? Bukan berarti penulis tidak setuju dengan try out, tapi mari kita kemas try out dengan suasana yang menyenangkan!
Ujian Nasional untuk Sekolah Menengah akan digelar 14 April 2014 mendatang. Berbagai persiapan mulai dilakukan, baik persiapan dalam membekali siswa dengan pemantapan materi maupun persiapan administrasi identitas oleh pihak sekolah.
Persiapan membekali siswa dengan kegiatan uji coba(try out) dalam rangka menyikapi kegiatan pengukuran dan penilaian pencapaian standar kompetensi lulusan secara nasional yang di gelar oleh Kemendiknas, dilakukan oleh pihak sekolah jauh sebelumnya. Bahkan ada sekolah yang membuat perencanaan dengan menghabiskan materi kelas akhir di semester lima, sehingga di semester enam fokus dengan uji coba (try out) ujian! Kegiatan try out tersebut dikemas dalam bentuk uji coba ujian untuk tingkat guru mata pelajaran, sekolah, MGMP, maupun kerja sama dengan lembaga pendidikan lain. Ini sangat lazim, bagaimanapun setiap sekolah mempunyai target kelulusan 100 %, bahkan mendapat predikat penyandang nilai UN tertinggi! Dengan demikian, try out menjadi menu sehari-hari bagi siswa yang akan menghadapi ujian.
Upaya mencapai kelulusan 100% maupun target nilai tinggi sangat disadari oleh pihak sekolah, orang tua, dan siswa sendiri. Dengan anggaran yang cukup besar, pihak sekolah tidak akan pernah lupa mengalokasikan dana untuk kegiatan try out, dan pihak orang tua tentu sangat mendukung. Bagaimana dengan siswa? Disela-sela tuntutan target lulus dengan nilai tinggi, tak pelak mereka mengalami dua versi keadaan yang bertolak belakang yaitu kebiasaan belajar meningkat atau kejenuhan dalam rutinitas try out!?
Coretan siswa seperti yang terlihat pada gambar diatas adalah ungkapan dalam diri siswa yang mengalami alternative ke dua, kejenuhan dalam rutinitas try out. Apakah selama ini bapak ibu guru memperhatikan kondisi tersebut, kemudian menerapkan solusi terbaik dengan memperhatikan kondisi psykologis siswa? Atau justru bertambah emosi karena merasa bertepuk sebelah tangan dengan siswanya atas perjuangan yang mulia? Bukan berarti penulis tidak setuju dengan try out, tapi mari kita kemas try out dengan suasana yang menyenangkan!
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !