Info Pendidikan:
Home » » Classroom Action Research : DIET TT OCD

Classroom Action Research : DIET TT OCD

Written By Siti Nurjanah on Senin, 10 November 2014 | 09.08

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERBICARA DAN KOMPETENSI KOGNITIF 
MATERI KORMOPHYTA DENGAN DIET TT OCD PADA PESERTA DIDIK KELAS X MIA6 
SMA NEGERI 1 REMBANG SEMESTER 2 TAHUN 2013/2014 

Siti Nurjanah*) 
nurjanah.siti7@yahoo.com 

Abstrak : Rumusan masalah pada penelitian ini adalah bagaimana Model Pembelajaran DIET TT OCD dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif materi Kormophyta pada peserta didik SMA Negeri 1 Rembang Kelas X MIA6 semester 2 Tahun 2013/2014. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada peserta didik kelas X MIA6 SMA Negeri 1 Rembang. Penelitian terdiri dari dua siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklus. Adapun variable yang diteliti meliputi: pembelajaran dengan model DIET TT OCD, kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif siswa. Setelah tindakan, terjadi kenaikan kompetensi kognitif sebesar 21,50%, dari kondisi awal sebesar 66% menjadi 87,50% pada siklus 2. Peningkatan kemampuan berbicara sebesar 28,12% dari 15,63% pada kondisi awal, menjadi 43,75% pada siklus 2. 

Kata kunci : kemampuan berbicara, kompetensi kognitif, DIET TT OCD 

Abstract : the problem formulation of this research is how DIET TT OCD learning model to increase the speaking ability and cognitive competence of Kormophyta for grade XMIA6 SMA Negeri 1 Rembang students. This research such as 2 cycle with 2 meeting activity each cycle. The researh variable such as DIET TT OCD learning model, the students speaking ability and cognitive competence of students. After given of action, the cognitive competence amounting 21,50%, from 66% of early condition become to 87,50 % of secondary cyclus. The increasing of the speaking ability amounting 28,12% from 15,63% of early condition become to 43,75% of secondary cycle. 

Keywords : The speaking ability, the cognitive competence, DIET TT OCD 

*)Guru Biologi SMAN 1 Rembang, Rembang


 PENDAHULUAN 
Kondisi yang ada pada kelas penelitian ini adalah kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif peserta didik yang paling rendah dibanding kelas lain paralelnya. Dari 32 peserta didik kelas X MIA 6 SMA Negeri 1 Rembang semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 hanya 5-7 (15,67%-16,00%) siswa yang aktif berbicara mengikuti proses pembelajaran. Beberapa siswa selalu mendominasi pembicaraan dalam kelas. Dilihat dari kompetensi kognitif, hanya 66% peserta didik tuntas KKM pada saat pembahasan materi tentang Fungi. Kondisi siswa kebanyakan kurang bersemangat mengikuti proses pembelajaran dengan metode diskusi secara klasikal. Hal ini dipicu oleh banyaknya materi yang menuntut hafalan, sedangkan guru tidak mngkondisikan aplikasi model pembelajaran yang menarik bagi minat belajar siswa. Kemampuan berbicara merupakan salah satu aspek kreativitas pada peserta didik. Kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri dan mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan, Rogers dalam Utami Munandar, 2009:18. Untuk dapat memfasilitasi berkembangnya kreativitas, perlu dikondisikan ketrampilan sosial bagi peserta didik. Nurhadi, 2009:34 berpendapat, bahwa salah satu unsur dasar pembelajaran kooperatif adalah keterampilan menjalin hubungan antar pribadi dalam kelompok. Dalam pembelajaran tersebut akan muncul berbagai ketrampilan sosial yang mendorong berkembangnya kreativitas peserta didik. Secara umum, dalam proses pembelajaran terdapat beberapa target kompetensi yang harus dicapai oleh peserta didik. Gagne, 1988 dalam Saputra , 2013. mengemukakan macam hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Sejalan dengan pendapat para ahli tersebut, maka kemampuan berbicara pada peserta didik perlu ditingkatkan agar mereka menjadi pribadi yang mampu berkembang dan menjadi matang. Ketika pembicaraan dalam sebuah proses pembelajaran hanya didominasi beberapa siswa, maka kerja sama dan persaingan semakin tertutup. Untuk menyelesaikan masalah tersebut, model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu pilihan mengingat bahwa salah satu prinsip pengajaran adalah kerja sama dan persaingan. Dalam pelaksanaan pembelajaran terjadi keterampilan menjalin hubungan antar pribadi dalam kelompok. Dampak positif adanya keterampilan sosial yang berupa sikap tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan sifat-sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antar pribadi. Upaya peningkatan kompetensi kognitif siswa merupakan salah satu hasil akhir dari proses pembelajaran di sekolah juga harus dilakukan, mengingat hal tersebut merupakan salah satu prestasi out put di sebuah lembaga pendidikan. Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari perubahan sikap dan kemampuan yang diperoleh siswa. Penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan (capabilities). Secara rinci peneliti merumuskan masalah berupa : 1). Bagaimana penerapan model pembelajaran DIET TT OCD dalam proses pembelajaran, 2) Seberapa banyak peningkatan kompetensi kognitif setelah menggunakan model pembelajaran DIET TT OCD, dan 3) Bagaimana perubahan perilaku kemampuan berbicara, pada materi Kormophyta pada peserta didik kelas X MIA6 SMA Negeri 1 Rembang semester 2 Tahun 2013/2014. Pemilihan teknis Time Token sangat tepat untuk mencegah pembicaran yang didominasi oleh beberapa siswa. Dengan pola memberi kesempatan berbicara dalam batas waktu dan kesempatan kepada semua siswa, Kooperatif Time Token paling cocok diaplikasikan pada proses pembelajaran daripada model Kooperatif yang lain. Dengan demikian akan terwujudnya efisiensi dan efektivitas kegiatan belajar yang dilakukan peserta didik. Dalam proses pembelajaran guru mendorong peserta didik membaca dan menuliskan hasil observasi, mendiskusikan, mendengar pendapat, menganalisis kekuatan atau kelemahan argumen, mendalami pengetahuan, dan membangun kesepakatan, menguji prediksi, menyusun laporan dan menyajikan hasil belajar. Kondisi seperti inilah yang diharapkan oleh peneliti sebagai peristiwa “Elaborasi”. OCD(Observation, Community, and Deal) merupakan kreativitas dari peneliti. Siswa dikondisikan bekerja dalam kelompok dengan fokus pendekatan ilmiah (scientific approach). Untuk lebih mudah mengingat dengan makna yang dalam, peneliti menjembatani dengan istilah “DIET TT OCD” (Diskusi Elaborasi Terencana Time Token OCD). Peneliti mengemas proses pembelajaran dengan didahului kegiatan observasi bagi siswa (Observation), menyelesaikan masalah dan memahami konsep dengan suasana yang berimbang dalam sebuah kelompok (Community), dan merayakan setiap keberhasilan dengan kata “Deal”. Terdapat tiga tujuan dalam penelitian ini, yaitu: 1) mendiskripsikan Model Pembelajaran DIET TT OCD, 2) mengetahui seberapa banyak peningkatan kompetensi kognitif, dan 3) mengetahui bagaimana perubahan perilaku kemampuan berbicara, pada materi Kormophyta melalui Model Pembelajaran DIET TT OCD bagi peserta didik kelas X MIA6 SMA Negeri 1 Rembang semester 2 Tahun 2013/2014. Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan manfaat tentang teori adanya peningkatan kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif peserta didik melalui penggunaan model pembelajaran DIET TT OCD. Adapun manfaat praktis bagi siswa dapat meningkatkan pemahaman konsep tentang Kormophyta, sikap percaya diri, kemampuan berpendapat, dan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Dengan adanya penelitian ini diharapkan juga dapat dimanfaatkan sebagai panduan bagi guru untuk memperbaiki perannya dalam proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran yang bervareatif dan inovatif. Adapun manfaat penelitian ini bagi sekolah adalah meningkatkan kualitas sumber daya pendidik dan pelayanan kepada pelanggan internal (siswa), serta meningkatkan mutu out put peserta didik. 

 LANDASAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 
 Landasan Teoretis Kreativitas Terdapat beberapa perbedaan pandangan tentang definisi kreativitas, dalam hal ini peneliti merujuk pada pendapat Rogers (dalam Munandar, 2009:18) yang mengemukakan bahwa kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan. Menurut Amabile (1989) dalam Munandar (2009: 113-114), beberapa faktor yang mempengaruhi kreaitvitas belajar siswa, yaitu : sikap orang tua terhadap kreativitas anak dan strategi mengajar guru. Pendekatan dan Prinsip dalam Belajar Mengajar Pendekatan kelompok dalam belajar mengajar dapat digunakan untuk mengembangkan sikap sosial peserta didik. Menurut Dzamarah dan Zain, 2002:63, bahwa dalam kelompok, siswa dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri siswa masing-masing, sehingga terbina sikap kesetiakawanan social di kelas. Kompetensi Keberhasilan suatu proses pembelajaran dapat dilihat dari perubahan sikap, kemampuan dan hasil belajar yang diperoleh siswa. Gagne, 1988 dalam Saputra , 2013. mengemukakan macam hasil belajar, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik. Penampilan yang dapat diamati sebagai hasil belajar disebut kemampuan (capabilities). Dalam hal ini peneliti memandang bahwa kemampuan itu sebagai kompetensi siswa. Pembelajaran Kooperatif Time Token Menurut Nur, Muhammad (dalam Isjoni, 2009:27) pembelajaran kooperatif dapat menciptakan norma-norma proakademik, memiliki pengaruh penting terhadap hasil belajar siswa. Terdapat beberapa kelebihan pembelajaran kooperatif, antara lain : merangsang motivasi belajar dan membantu timbulnya asosiasi siswa dengan perisitiwa lain yang mudah diingat. Adapun karakteristik pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Slavin (2009), yaitu : penghargaan kelompok, pertanggungjawaban individu, dan kesempatan yang sama untuk berhasil. Ada berbagai teknis model pembelajaran Kooperatif menurut Lie, 2004. Salah satunya adalah Time Token. Secara bahasa Time Token dapat diartikan sebagai waktu untuk berbicara. Dalam pembelajaran, model Time Token ini dipandang sebagai suatu solusi untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan pendapat Arends, dalam Lie, 2004 :55 bahwa, model pembelajaran Time Token digunakan untuk melatih dan mengembangkan keterampilan sosial agar siswa tidak mendominasi pembicaraan atau diam sama sekali. Sejalan dengan hal tersebut, (Wiyarsi, 2010) mengemukakan bahwa tujuan utama pembelajaran kooperatif time token adalah untuk mengatasi hambatan kesempatan dalam kelompok. Pembelajaran Elaborasi Menurut pendapat Ormrod, 2006 dalam Dewi, 2013, bahwa pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang sudah ketahui sebelumnya.Teori Elaborasi menggambarkan metode yang berkaitan dengan hubungan beberapa ide. Kerangka Berpikir Salah satu penyebab kondisi awal kelas penelitian dengan kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif paling rendah daripada kelas lain paralelnya adalah dalam proses pembelajaran guru belum menggunakan tindakan yang sesuai. Pemberian tindakan berupa penerapan model pembelajaran DIET TT OCD dapat meningkatan kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif peserta didik. Hal ini dapat dimengerti sebab model pembelajaran tersebut berlandaskan pembelajaran Time Token yang diterapkan untuk mengoptimalkan kemampuan berbicara peserta didik. Dengan memadukan metode observasi dan optimalisasi penerapan kooperatif Time Token pada proses pembelajaran, peserta didik akan terkondisi dengan beberapa kelebihan model pembelajaran DIET TT OCD. Dampak positif selanjutnya adalah peningkatan kompetensi kognitif peserta didik. Hipotesis Tindakan Melalui model pembelajaran DIET TT OCD dapat meningkatkan kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif materi Kormophyta peserta didik kelas X MIA6 SMA Negeri 1 Rembang semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. 

METODOLOGI PENELITIAN 
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilakukan pada peserta didik kelas X MIA6 SMA Negeri 1 Rembang semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian dilakukan dengan dua siklus dengan 2 kali pertemuan pada setiap siklus. Pelaksanaan penelitian pada bulan Januari 2014 minggu pertama dan ke 3 untuk masing-masing siklus, dan selesai pada bulan Juni 2014. Variable penelitian meliputi: pembelajaran dengan model DIET TT OCD, kemampuan berbicara siswa, dan kompetensi kognitif siswa. Adapun hal yang ditingkatkan dalam penelitian ini adalah kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif materi Kormophyta peserta didik kelas XMIA6 SMA Negeri 1 Rembang semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. Data penelitian terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer, berupa kompetensi kognitif setiap akhir siklus. Data sekunder, berupa data isian instrumen lembar kreativitas belajar siswa. Kemampuan kognitif diprosentasikan sebagai hasil belajar pasca tindakan (siklus 1 dan siklus 2), kemudian akan dibandingkan. Peneliti memproyeksikan kompetensi ranah kognitif dalam perhitungan persentase ketuntasan kelas. Peneliti mengumpulkan data kreativitas siswa berdasar pengamatan perubahan tingkah laku yang terfokus pada kemampuan berbicara selama proses pembelajaran yang diperoleh dari observer. Kemampuan berbicara disini terkait dengan aktivitas siswa dalam bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat saat proses pembelajaran. Selanjutnya peneliti melakukan validasi data dan analisis dari data kreativitas tersebut, sehingga dapat diketahui diskripsi kreativitas siswa selama pembelajaran. Setelah mengaplikasikan model pembelajaran DIET TT OCD, diharapkan ada perubahan kondisi siswa yang meliputi kemampuan berbicara dan kompetensi kognitif peserta didik. Aktifitas berbicara untuk bertanya, menjawab, dan mengeluarkan pendapat yang semula hanya didominasi oleh 16% siswa, setidaknya meningkat minimal menjadi 25%. Peneliti berharap, bila kreativitas siswa meningkat, maka hasil belajar juga meningkat. Hasil belajar siswa dalam penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif dengan melihat ketuntasan kelas. Ketuntasan kelas sebelum tindakan hanya 66% diharapkan meningkat menjadi 75%. Tindakan pada siklus 1 pertemuan 1 dan 2 diawali dengan observasi. Kegiatan dilanjutkan dengan diskusi. Pada diskusi kelompok merupakan aplikasi model pembelajaran DIET TT OCD tahap 1. Kegiatan diskusi dilanjutkan dengan diskusi kelas. Peneliti menyebut sebagai diskusi tahap 2. Siswa tidak menggunakan kartu lagi, namun observer mencatat siswa yang aktif berbicara. Guru bertindak sebagai fasilitator, sekaligus menandaskan materi penting dan pengayaan materi. Tindakan pada siklus 2 sama dengan siklus 1 dengan beberapa penyempurnaan teknis yang berupa : 1) Aplikasi DIET TT OCD pada dua tahap diskusi, 2) Pada diskusi tahap 2 siswa menggunakan kartu seperti tahap 1, 3) Guru menerapkan teknik diskusi tahap 2 dengan 2 kelompok besar, selanjutnya melakukan diskusi bersama, 4) Guru merencanakan dan memfasilitasi pembagian waktu dengan teliti dan sportif, 5) Guru memberikan reward dengan cara menyebutkan jumlah perolehan poin tertinggi kelompok maupun individu, 6) Guru menugasi siswa untuk observasi materi dengan buku atau internet di luar jam pelajaran sebelum proses belajar dan kemudian membuat pertanyaan seputar materi. 

 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA 
 Hasil Penelitian Kondisi Pra Siklus Kompetensi ranah kognitif materi Fungi siswa kelas XMIA6 paling rendah diantara kelas yang lain. Bila dilihat dari ketuntasan kelas, sebanyak 83,33% siswa XMIA5 tuntas belajar, XMIA7 83,33%, sedang XMIA 6 hanya 66,00%. Persentase tersebut dihitung berdasarkan batasan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) materi Fungi adalah 77. Dalam hal kreativitas, siswa kelas XMIA6 juga paling rendah diantara kelas yang lain. Kelas XMIA5 sebanyak 30% siswa aktif berbicara, XMIA7 36,67%, sedangkan XMIA6 hanya 15,63%. Hanya 5-6 siswa yang aktif berbicara pada proses pembelajaran pada kelas tersebut. 
 Hasil Penelitian Siklus 1 Proses Pembelajaran dengan DIET TT OCD.
 Guru bertindak sebagai fasilitator, memulai pembelajaran dengan pembagian tahap: pembuka, inti (diskusi kelompok dan diskusi kelas), dan penutup. Kegiatan diawali dengan observasi secara kelompok tentang Bryophyta di lingkungan sekolah, dilanjutkan dengan diskusi kelompok tentang struktur dan peranan Bryophyta pada pertemuan 1. Pada pertemuan 2 kegiatan observasi Pteridophyta dilakukan di lingkungan sekitar rumah siswa. Pada diskusi kelompok kecil tahap 1 merupakan aplikasi model pembelajaran DIET TT OCD. Setiap siswa aktif berbicara mencatat pada kartu sesuai dengan aktivitasnya. Kemudian kartu tersebut dikumpulkan pada pencatat. Ini dilakukan pada rentang waktu 45 menit. Siswa yang kartunya habis tidak aktif berbicara lagi. Guru selalu memantau kegiatan kelompok secara bergantian, sehingga diskusi kelompok terlihat hidup dan terarah. Siswa terlihat aktif berbicara bersaing dengan anggota lain. Mereka bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah tentang struktur tubuh Bryophyta beserta peranannya pada pertemuan 1 dan Pteridhophyta pada pertemuan 2. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sejak observasi sampai dengan diskusi kelompok kecil kegiatan belajar mengajar terpusat pada siswa. Namun pada diskusi kelas guru belum optimal mengkondisikan hal yang sama. Siswa tidak menggunakan kartu lagi, namun observer mencatat siswa yang aktif berbicara. Ternyata dominasi pembicaraan masih terjadi pada siswa. Guru menandaskan materi penting dan pengayaan materi terkait dengan perbedaan metagenesis Bryophyta dan Pteridophyta. Diskusi kelas terkesan kurang maksimal, karena waktu yang pendek dan siswa kurang aktif. Pada kegiatan penutup guru bersama siswa membuat simpulan. Kegiatan diakhiri dengan pemberian soal formatif secara klasilkal. Berikut ini disajikan dokumentasi kegiatan selama proses pembelajaran siklus 1. Observasi Bryophyta pertemuan 1 DIET TT OCD pada kelompok pertemuan 1 Mencatat hasil diskusi Merekap poin kelompok Observasi Pteridophyta pertemuan 2 DIET TT OCD pada kelompok pertemuan 2 Gambar 1. Dokumentasi Aplikasi DIET TT OCD pada Siklus 1 Perubahan Perilaku Kemampuan Berbicara Pengamatan terhadap perubahan perilaku siswa difokuskan pada kemampuan berbicara yang merupakan bagian dari kreativitas siswa. Secara keseluruhan, dapat dilihat bahwa sebanyak 25,01%siswa telah aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas pada siklus 1. 
Tabel 1. Data Kemampuan Berbicara Peserta Didik Siklus 1 
No Rentang poin Kriteria Frek % Kemampuan Berbicara 1 9-11 A 3 9,38% 25,01% 2 6-8 B 5 15,63% 3 ≤5 C 24 75% 
 Sumber : hasil observasi kreativitas siswa siklus 1 
Peningkatan Kompetensi Kognitif Peneliti menentukan jumlah peserta didik yang tuntas KKM adalah 25 siswa, atau 78,13%. Penghitungan tersebut menggunakan asumsi bahwa sebanyak 25 siswa telah memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) dengan nilai ≥77. Secara rinci, kompetensi kognitif peserta didik kelas XMIA6 seperti pada tabel berikut : 
Tabel 2. Kompetensi Kognitif Peserta Didik pada Siklus 1 No Nilai Predikat Frek % Ketuntasan Kelas 1 90-100 A (Istimewa) 2 6,25% 78,13% 2 77-89 B (Baik) 23 71,88% 3 66-76 C (Cukup) 1 3,13% 4 55-65 D (Kurang) 0 0% 5 ≤54 E (Sangat kurang) 6 18,73% 
Sumber : hasil ulangan harian siklus 1 Refleksi Pada siklus 1 guru telah membuat rincian waktu setiap tahap kegiatan pada proses pembelajaran. Namun dalam pelaksanaan, rincian waktu yang sudah ditentukan dalam RPP tidak ditaati. Siswa terlalu panjang menggunakan waktu untuk diskusi kelompok, sehingga alokasi untuk diskusi kelas dan penandasan materi oleh guru menjadi lebih sedikit daripada waktu yang telah ditentukan. Pada diskusi kelas, jumlah siswa yang aktif belum memenuhi indikator kinerja. Siswa terlihat masih kurang aktif pada saat diskusi kelas. Semua itu berakibat pada target materi kurang luas. Dengan melihat kekurangan tersebut, perlu dilakukan teknis khusus sebagai berikut : 1). Guru harus memfasilitasi kegiatan dan taat waktu dengan cara memberitahu dan mengingatkan siswa tentang alokasi waktu setiap tahap kegiatan, 2). Guru memberitahu materi dan menugasi siswa agar membuat pertanyaan dengan target materi yang akan dipelajari pada pertemuan berikutnya (Pteridophyta), 3). Guru memberi 5 kartu pada tiap siswa untuk pelaksanaan diskusi kelas (diskusi tahap 2), dan 3). Guru harus memberikan reward bagi siswa dan kelompok yang mendapatkan poin banyak. Hasil Penelitian Siklus 2 Proses Pembelajaran dengan DIET TT OCD Proses pembelajaran dengan model DIET TT OCD terlihat kondusif. Tindakan yang dilakukan prinsipnya sama dengan siklus 1 dengan penyempurnaan teknis berupa : 1). Siswa telah menyiapkan pertanyaan dan materi sebelum kegiatan, 2). Tertib penggunaan waktu setiap tahap sesuai alokasi yang telah ditentukan, 3). Pada diskusi kelas (diskusi tahap 2) siswa mendapat tambahan 5 kartu, dan 4). Pemberian reward oleh guru. Suasana diskusi kelompok lebih terarah dengan kesiapan siswa dan manajemen penggunaan waktu yang tertib. Siswa terlihat aktif berbicara bersaing dengan anggota lain, namun bekerja bersama untuk menyelesaikan masalah tentang struktur tubuh Gymnospermae pada pertemuan 1, dan Angiospermae beserta peranannya pada pertemuan 2. Ada ekspresi “deal” dengan saling tepuk tangan satu kali pada siswa ketika dalam kelompok tersebut berhasil menyelesaikan permasalahan. Siswa terlihat lebih bersemangat daripada siklus 1. Guru memantau diskusi kelompok secara bergantian. Pada saat diskusi kelas guru memfasilitasi diskusi dengan target materi tentang siklus Gymnospermae pada pertemuan ke 1, dan siklus Angiospermae pada pertemuan ke 2. Guru memberi reward dengan memberikan predikat bagi siswa maupun kelompok, dengan *** (tanda bintang) dan “kelompok brilliant” pada rekap poin.  Perubahan Perilaku Kemampuan Berbicara Secara keseluruhan, sebanyak 46,88% siswa telah aktif dalam diskusi kelompok maupun diskusi kelas siklus 2. Adapun rincian kemampuan berbicara terlihat pada tabel berikut: Tabel 3. Data Kemampuan Berbicara Peserta Didik Siklus 2 
No Rentang poin Kriteria Frek % Kemampuan Berbicara 1 9-12 A 9 28,13% 43,75% 2 6-8 B 6 18,75% 3 ≤5 C 17 53,13% Sumber : hasil observasi kreativitas siswa siklus 2 Peningkatan Kompetensi Kognitif Penentuan kriteria ketuntasan kelas sama dengan siklus 1. Hasil pengamatan kompetensi kognitif siswa kelas XMIA6 pada siklus 2 sesuai tabel berikut : Tabel 3. Kompetensi Kognitif Peserta Didik pada Siklus 2 No Nilai Predikat Frek % Ketuntasan Kelas 1 90-100 A (Istimewa) 5 15,63% 87,51% 2 77-89 B (Baik) 23 71,88% 3 66-76 C (Cukup) 3 9,38% 4 55-65 D (Kurang) 0 0% 5 ≤54 E (Sangat kurang) 1 3,13% Sumber : hasil ulangan harian siklus 2 Persentase ketuntasan siswa dapat ditentukan dengan melihat jumlah predikat A dan B, yaitu sebanyak 28 siswa (87,51%). Refleksi Adanya peningkatan kreativitas siswa pada diskusi tahap 1 dan 2 terjadi karena siswa lebih siap materi dan manajemen waktu yang tertib. Kreativitas yang tinggi pada tahap 2 siklus 2, terjadi karena mereka masih menggunakan kartu kreativitas dan pemberian reward oleh guru. Secara umum upaya-upaya yang dilakukan pada siklus 2 mempengaruhi kenaikan persentase hasil belajar dan kreativitas siswa XMIA6. Pada diskusi tahap 2 dilakukan dalam kelompok besar. Untuk selanjutnya dapat dilakukan dengan kemasan panel, karena siswa sudah mulai terkondisi untuk aktif berdiskusi. Beberapa hal dari hasil refleksi siklus 1 diaplikasikan pada siklus 2. Tabel di bawah ini menyajikan perbedaan secara teknis aplikasi DIET TT OCD dari dua siklus. Tabel 4. Perbedaan Teknis Time Token antar siklus Perbedaan Siklus 1 Siklus 2 Diskusi Tahap 2 Merupakan diskusi kelas Diskusi dalam kelompok besar Pengaturan waktu Kurang terencana terencana Materi Spontan saat diskusi Dipersiapkan sebelumnya oleh siswa Pembahasan Kondisi Awal Kondisi yang ada pada kelas penelitian adalah kreativitas siswa yang rendah, sikap individual siswa lebih menonjol pada proses belajar. Peneliti memfokuskan pada penyebab kreativitas siswa yang rendah karena faktor strategi mengajar guru yang tidak tepat. Dalam proses pembelajaran siswa tidak dikondisikan bekerja kelompok, sehingga kesempatan untuk menciptakan hubungan baru dalam proses pembelajaran dengan siswa lain adalah sangat kecil. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Amabile (1989) dalam Munandar (2009: 113-114), bahwa beberapa faktor yang mempengaruhi kreaitvitas belajar siswa, adalah sikap orang tua terhadap kreativitas anak dan strategi mengajar guru. Pada kondisi awal peran guru dalam membimbing siswa kurang menempatkan aspek berpikir dan perasaan secara seimbang. Hasil belajar ranah kognitif dan kreativitas yang rendah mestinya dapat ditingkatkan dengan memaksimalkan kinerja otak kanan dan otak kiri. Sebab kreativitas merupakan perwujudan dari pekerjaan otak kanan dan kiri, dan kemampuan kognitif merupakan kemampuan siswa untuk menjalankan penalaran dan berinteraksi dengan guru maupun siswa lain. Siklus 1 Dalam diri siswa mulai ada kecenderungan untuk mengaktualisasi diri dan mewujudkan potensinya dalam diskusi kelompok kecil. Adanya aturan main dalam Time Token yang mengharuskan kreatif dalam waktu yang telah ditentukan, mau tidak mau siswa mengaktualisasi diri dalam kelompok kecil diskusi tahap 1. Siswa telah menunjukkan perubahan perilaku, menjadi lebih kreatif bila dilihat dari kemampuan berbicara. Hal ini sejalan dengan pendapat Rogers (dalam Munandar, 2009:18) bahwa kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan. Dalam kesempatan diskusi, siswa dapat mengatasi hambatan kesempatan dalam kelompok. Mereka mempunyai kesempatan yang sama untuk berhasil. (Slavin,2009). Kenyataan tersebut menurut Wiyarsi, 2010 merupakan tujuan utama pembelajaran Kooperatif Time Token. Apabila siswa aktif berbicara/berpendapat baik dalam diskusi kelompok maupun diskusi klasikal, mereka akan menyerahkan kartu. Bila kartu habis, kesempatan berbicara sudah habis. Dengan demikian seluruh siswa diharapkan mempunyai kesempatan berimbang. Prinsipnya, tujuan DIET TT OCD dapat tercapai. Siswa yang mulai ada kecenderungan untuk mengaktualisasi diri juga diiringi upaya mewujudkan potensi. Secara mudah dapat dilihat dari hasil belajar ranah kognitif berupa ketuntasan kelas yang meningkat sebanyak 12,13%, dari yang semula 66,00% menjadi 78,33%. Siklus 2 Guru berupaya untuk membuat siswa tertib waktu. Sistem pengaturan waktu berdiskusi yang lebih tertata, teknis diskusi yang tepat, dan kesiapan siswa yang matang, menyebabkan hasil belajar ranah kognitif dan kreatifitas siswa semakin meningkat. Pengalaman malaksanakan DIET TT OCD pada siklus 1 memberikan pengaruh pada siswa maupun guru. Upaya guru untk meningkatkan semangat siswa dengan memberikan reward memberikan pengaruh besar bagi siswa. Hal tersebut merupakan memenuhi karakteristik pembelajaran kooperatif seperti yang dikemukakan oleh Slavin (2009), yaitu adanya penghargaan kelompok. Pada diskusi tahap 2 siklus 2 siswa secara optimal mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan. Hal tersebut lebih bisa dimengerti karena siswa melakukan diskusi dalam kelompok besar. Rasa kebersamaan dalam kelompok karena keberhasilan menjalin hubungan antar siswa merupakan penyebabnya. Berbagai faktor yang telah dikondisikan oleh guru semakin mendukung kreativitas siswa. Faktor-faktor tersebut berupa situasi yang menghadirkan keterbukaan siswa untuk berkreasi, menimbulkan pertanyaan, menghasilkan sesuatu, mendorong tanggung jawab dan kemandirian, menekankan inisiatif diri untuk menggali, mengamati, mengklasifikasikan, mencatat, memperkirakan, menerjemahkan, menguji, dan mengkomunikasikan. Kreativitas siswa terlihat berkembang juga didukung oleh adanya rangsang dari lingkungan, karena siswa melakukan observasi terhadap materi maupun benda secara langsung yang dilakukan diawal pembelajaran. Kondisi tersebut memunculkan rasa ingin tahu yang luas dan mendalam, terbukti dengan semakin sering siswa mengajukan pertanyaan yang baik, memberikan banyak gagasan terhadap suatu masalah, serta bebas menyatakan pendapat. Hal ini sesuai dengan pendapat Rogers (dalam Utami Munandar, 2009:18) yang mengemukakan bahwa kreativitas adalah kecenderungan untuk mengaktualisasi diri, mewujudkan potensi, dorongan untuk berkembang dan menjadi matang, kecenderungan untuk mengekspresikan dan mengaktifkan semua kemampuan. Dalam kegiatan tersebut siswa mengasosiasikan item sehingga dapat diingat dengan sesuatu yang lain, sekaligus menyelami informasi itu sendiri, misalnya untuk menarik kesimpulan. Hal ini sejalan dengan pendapat Ormrod, 2006 dalam Dewi, 2013, bahwa pembelajaran elaborasi adalah pembelajaran yang menambahkan ide tambahan berdasarkan apa yang seseorang sudah ketahui sebelumnya. 

PENUTUP 
Simpulan 
Model pembelajaran DIET TT OCD merupakan aplikasi pembelajaran kooperatif Time Token yang telah dioptimalkan dalam metode observasi yang didesain untuk membuat siswa lebih aktif berbicara. Aplikasi model pembelajaran DIET TT OCD dapat meningkatkan: kemampuan berbicara sebesar 28,12% dari 15,63% pada kondisi awal, menjadi 46,75% setelah tindakan pada siklus 2, dan kompetensi kognitif sebesar 21,50% dari 66,00% pada kondisi aw,l, menjadi 87,50% setelah tindakan pada siklus 2, pada materi Kormophyta pada peserta didik kelas XMIA6 SMA Negeri 1 Rembang semester 2 tahun pelajaran 2013/2014. 
Saran 
Bila hendak menggunakan model pembelajaran DIET TT OCDpada proses pembelajaran, hendaknya : guru melakukan pembatasan materi sesuai porsi siswa, dan siswa harus melakukan observasi materi secara maksimal sebelum dilakukan proses pembelajaran. 

Written by : Siti Nurjanah | Blog Siti Nurjanah

Terimakasih telah membaca artikel: Classroom Action Research : DIET TT OCD, yang ditulis oleh Siti Nurjanah, pada hari Senin, 10 November 2014. Jika pembaca ingin sebarluaskan artikel diatas, mohon sertakan sumber link asli di bawah ini. Kritik, saran maupun pertanyaan dapat anda sampaikan di kotak komentar atau SMS ke; 0858-7023-2258. Ok...thanks!.

Share artikel diatas: :

0 comments:

Speak up your mind

Tell us what you're thinking... !

 
Support, Design & Published by: Creating Website | Johny Template | Mas Template | Proudly powered by Blogger
Copyright © 2014, Author: Siti Nurjanah - All Rights Reserved