Waluh adalah tumbuhan
yang masuk ke dalam suku Cucurbitaceae. Berbagai
daerah di Indonesia memiliki sebutan tersendiri untuk tumbuhan ini. Misalnya di Maluku dikenal dengan labu ambon atau labu merah, di wilayah Jawa dan Sunda
dikenal dengan nama waluh. Tumbuhan waluh ini memiliki beberapa jenis antara
lain Cucurbita moschata Durch, Cucurbita pepo L. , Cucurbita maxima durch. Klasifikasi tumbuhan waluh tersebut adalah
sebagai berikut :
Divisi :Spermatophyta
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Cucurbitales
Familia :Cucurbitaceae
Genus :Cucurbita
Spesies : Cucurbita moschata Durch
Subdivisi :Angiospermae
Kelas :Dicotyledonae
Ordo :Cucurbitales
Familia :Cucurbitaceae
Genus :Cucurbita
Spesies : Cucurbita moschata Durch
Cucurbita moschata Durch (waluh) merupakan
tumbuhan berumur satu tahunan (annual) menjalar jauh dan mengeluarkan akar dari
buku-buku batangnya. Tumbuhan ini juga memanjat dengan
alat-alat pembelitnya yang berjumlah banyak dan terbelah dua. Daunnya memiliki
pangkal yang berlekuk, berambut panjang dan sisi bawahnya berkelenjar. Tumbuhan
ini dapat tumbuh liar maupun dibudidayakan.
Ribosome Inactivating Proteins (RIP)
Ribosome inactivating protein (RIP) merupakan sekelompok protein toksik dalam tanaman yang mempunyai
RNA-glikosidase yang mampu menghambat sintesis protein pada mamalia. RIP
mempunyai kemampuan memotong DNA superkoil. Adanya aktivitas tersebut
menjadikan RIP sebagai kandidat yang potensial dalam terapi kanker (Sismindari,
2004). RIP mempunyai aktivitas menghambat sintesis protein yang potensial pada
mamalia dan efek toksik dari RIP tersebut lebih kuat pada sel tumor daripada
sel normal. Kemampuan RIP dalam menghambat sintesis protein disebabkan karena
adanya aktifitas N-glikosidase yang memotong rantai glikosik adenine 4324 pada
28s rRNA mamalia, sehingga mengakibatkan sintesis protein terhenti dan pada
akhirnya mati (Wiryatun L. Sofi M, Sismindari, 2003).
Beberapa penelitian
berusaha mencari solusi untuk membunuh sel kanker secara efektif. Dari beberapa
penelitian itu, ditemukanlah jenis protein tertentu yang bisa membunuh sel
kanker, jenis ini disebut ribosome
inactivating proteins (RIPs). Ribosome
inactivating proteins adalah jenis protein yang bersifat sitotoksik dengan
merusak ribosom pada sel (eukariot maupun
prokariot) terutama pada sub unit
besar sehingga tidak mampu mengikat faktor elongasi dan menghambat sintesis
protein. RIPs ini bekerja memotong DNA yang berbentuk supercoil menjadi bentuk
nic sirkuler (Barbieri, L. 1985). Aktivitas-aktivitas RIPs inilah yang
diharapkan nantinya bisa menjadi salah satu alternatif pencegahan kanker.
RIPs ini terdapat pada
tanaman, tersebar pada seluruh jaringan di dalam tanaman, namun pada kasus
tertentu, RIPs ini ditemukan dalam jumlah besar di dalam biji (Zu Chuan Zhang,
2003). Beberapa hasil penelitian juga menguatkan, bahwa beberapa tanaman
seperti Zea mays, Momordica charantina, Agrostemma githago (Fiorenzo
Stirpe dan Luigi Barbieri, 1985), Riolnus communis, Phaleria macrocarpa
(Sismindari, 2004), Mirabillis jalapa (Suprapti, 1997) dan Cucurbita moschata mengandung Ribosom Inactivating Protein (RIP). Banyak tanaman
potensial seperti itu yang tumbuh subur di alam tropis indonesia, namun banyak
juga yang belum dimanfaatkan secara optimal. Padahal mereka memiliki potensi
gizi dan komponen bioaktif yang baik.
Salah satu tanaman yang
belum dimanfaatkan itu adalah tanaman waluh (Cucurbita moschata). Tanaman waluh (Cucurbita moschata) ini merupakan bahan pangan lokal yang kaya
vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat. Daging buahnya juga mengandung
antioksidan sebagai penangkal berbagai jenis kanker. Menurut Zu Chuan Zhang,
biji waluh dewasa mengandung senyawa yang disebut Moschatin yang termasuk dalam
RIPs tipe 1. Moschatin yang bersifat immunotoksin ini dapat membunuh sel
melanoma tanpa mempengaruhi sel sehat lainnya.
RIPs
ini dapat ditemukan dalam jumlah besar di dalam biji
waluh. Senyawa RIPs di dalam biji waluh ini dinamakan moschatin, yang merupakan
RIPs tipe 1. sayangnya keberadaan RIPs dalam biji waluh ini belum dimanfaatkan
secara optimal. Dengan latar belakang hal tersebut, kami melakukan penelitian untuk
mengungkap mekanisme RIPs dalam biji waluh sebagai pencegah kanker dengan
mengemas dalam bentuk es krim, Oktober 2009.
Hasil Penelitian yang telah kami lakukan terbukti bahwa :
- Dengan adanya kandungan RIPs pada biji waluh, maka es krim dari biji waluh dapat difungsikan sebagai alternatif pencegahan kanker yang efektif dan tanpa efek samping.
- Kandungan protein pada es krim biji waluh lebih tinggi dari es krim sejenis tanpa tepung biji waluh yang beredar di pasaran.
0 comments:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !